Sunday 8 September 2013

Merawat Bayi Premature Dengan Metode Kanguru

Merawat Bayi Premature Dengan Metode Kanguru

Meski namanya kanguru, metode ini bukan berasal dari Australia, melainkan dikembangkan di Kolombia. Nama kanguru digunakan karena metode penanganan bayi prematur atau bayi berat lahir rendah (BBLR)-yaitu kurang dari 2.500 gram-ini meniru perilaku binatang asal Australia yang menyimpan anaknya di kantung perutnya, sehingga diperoleh suhu optimal bagi kehidupan bayi.

Menurut dr Imral Chair SpA(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Ketua I Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia) dalam seminar "Orientasi Metode Kanguru" yang diselenggarakan Forum Promosi Kesehatan Indonesia, Rabu (23/5), bayi prematur maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan berat badan rendah, terutama di bawah 2.000 gram, terancam kematian akibat hipotermia-yaitu penurunan suhu badan di bawah 36,5 derajat Celcius-di samping asfiksia (kesulitan bernapas) dan infeksi.

Hipotermia terjadi karena evaporasi atau menguapnya cairan (air ketuban/air) dari kulit bayi yang basah, radiasi, atau kehilangan panas karena udara ruangan lebih dingin dibanding tubuh bayi, konduksi atau kehilangan panas karena bayi bersentuhan dengan benda yang lebih dingin (alas tidur dingin atau popok basah), serta konveksi jika bayi telanjang terkena aliran udara dingin.

"Suhu tubuh ideal bayi adalah 36,5-37 derajat Celcius. Bayi akan kedinginan dan stres kalau suhu tubuhnya di bawah 36,5 derajat Celcius. Jika suhunya di bawah 32 derajat Celcius, bayi akan mengalami cold injury yang ditandai dengan muka, ujung tangan, dan ujung kaki berwarna merah terang, bagian tubuh lain pucat, kadang-kadang terjadi pengerasan kulit yang kemerahan, serta pembengkakan terutama di punggung," papar Imral.

Faktor risiko hipotermia, antara lain bayi lahir tidak segera dikeringkan, terlalu cepat dimandikan, setelah dikeringkan tidak segera diberi pakaian, tutup kepala dan dibungkus, tidak segera didekapkan pada tubuh ibu, bayi baru lahir dipisah dari ibunya, tidak segera disusui ibunya, bayi berat lahir rendah, dan bayi sakit.

Perawatan bayi dengan metode kanguru bisa digunakan sebagai pengganti perawatan dengan inkubator. Caranya, dengan mengenakan popok dan tutup kepala pada bayi yang baru lahir. Kemudian, bayi dile-takkan di antara payudara ibu dan ditutupi baju ibu yang berfungsi sebagai kantung kanguru. Posisi bayi tegak ketika ibu berdiri atau duduk, dan tengkurap atau miring ketika ibu berbaring. Hal ini dilakukan sepanjang hari oleh ibu atau pengganti ibu (ayah atau anggota keluarga lain).

Suhu optimal didapat lewat kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi (skin to skin contact). Suhu ibu merupakan sumber panas yang efisien dan murah. Kontak erat dan interaksi ibu-bayi akan membuat bayi merasa nyaman dan aman, serta meningkatkan perkembangan psikomotor bayi sebagai reaksi rangsangan sensoris dari ibu ke bayi.

METODE kanguru (kangaroo mother care), menurut Prof dr Hadi Pratomo MPH DrPH dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), pertama kali dikembangkan Dr Edgar Rey di Bogota, Kolombia, tahun 1978. Kemudian dilanjutkan Dr Hector Martinez dan Dr Luis Navarette. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kelangkaan fasilitas dan sumber daya rumah sakit untuk merawat bayi BBLR. 

Sejak akhir tahun 1980-an metode kanguru dikembangkan oleh Colombian Departement of Social Security dan World Laboratory-sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) berbasis di Swiss. 

Negara-negara berkembang sangat dianjurkan mengadopsi metode ini, mengingat terbatasnya fasilitas pelayanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan. Tentu saja pelaksanaannya disupervisi oleh tenaga kesehatan. Dengan bantuan Unicef, cara perawatan ini dikenalkan ke pelbagai negara berkembang. Bahkan, negara maju termasuk Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Swedia, dan Belanda menggunakan metode ini sebagai alternatif penggunaan inkubator dan humanisasi proses persalinan dalam konteks prematuritas.

Di Indonesia, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (Depkes dan Kesos) telah mengembangkan kebijakan Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Metode kanguru digunakan sebagai salah satu cara pencegahan hipotermia dalam Perawatan Neonatal Dasar. Saat ini juga telah tersedia video dan peraga lembar balik metode kanguru untuk keperluan sosialisasi kepada tenaga kesehatan, terutama bidan di desa serta masyarakat. 

MENGAPA metode kanguru perlu diadopsi Indonesia? Menurut Hadi, berdasarkan perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1995 hampir semua (98 persen) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena berat badan lahir kurang dari 2.500 gram. Menurut WHO, 17 persen dari 25 juta persalinan per tahun adalah BBLR dan hampir semua terjadi di negara berkembang. 

Di masyarakat tradisional Indonesia, kematian neonatal tidak dianggap suatu masalah. Bila bayi meninggal sebelum berusia 40 hari, orangtua atau keluarga menerima hal ini dan segera melupakan. 

Diperkirakan, kejadian BBLR di Indonesia sebesar 14 persen. Angka kematian bayi (AKB) Indonesia memang makin menurun, tetapi masih cukup tinggi, yaitu 52 per 1.000 kelahiran hidup (data Survei Demografi tahun 1997). Angka itu jauh lebih tinggi dibanding AKB sesama negara ASEAN (Singapura empat per 1.000 kelahiran hidup, Malaysia 12 per 1.000, dan Thailand 32 per 1.000). 

Perawatan BBLR yang berkualitas baik bisa menurunkan kematian neonatal, seperti inkubator dan perlengkapannya pada Neonatal Intensive Care Unit. Namun, teknologi ini relatif mahal. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dihadapkan pada masalah kekurangan tenaga terampil, biaya pemeliharaan alat, serta logistik. Selain itu, penggunaan inkubator dinilai menghambat kontak dini ibu-bayi dan pemberian air susu ibu (ASI), serta berakibat ibu kurang percaya diri dan tidak terampil merawat bayi BBLR. 

Sebuah studi penerapan metode kanguru di rumah sakit yang tidak memiliki inkubator dan peralatan lain untuk perawatan BBLR di lakukan di Manama Mission Hospital, Zimbabwe. Hasilnya menunjukkan, terjadi peningkatan survival bayi berat lahir kurang dari 1.500 gram dari 10 persen menjadi 50 persen dan bayi berat lahir 1.500-1.999 gram meningkat dari 70 persen menjadi 90 persen. 

Studi multisenter oleh WHO Collaborating Center for Perinatal Care dilakukan selama setahun pada rumah sakit di Addis Ababa (Ethiopia), Yogyakarta (Indonesia), dan Merida (Meksiko). Tujuannya, menilai kelayakan, penerimaan, efektivitas, dan biaya metode kanguru dibandingkan cara konvensional (ruang hangat dan inkubator). 

Hasilnya, kejadian hipotermia pada metode kanguru secara signifikan lebih rendah dibandingkan cara konvensional. Kelompok bayi yang dirawat dengan metode kanguru juga mendapat ASI lebih baik, pertambahan berat badan lebih baik, dan lama perawatan di rumah sakit lebih pendek. Metode kanguru terbukti lebih hemat dari segi perawatan alat dibanding cara konvensional. Baik ibu maupun petugas kesehatan lebih menyukai metode kanguru, karena lebih menyenangkan dan aman.

Penelitian di Yogyakarta itu dilakukan oleh Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada-Rumah Sakit Dr Sardjito, dipimpin Prof dr Achmad Surjono, tahun 1995. Sampai kini RS Dr Sardjito konsisten menerapkan metode kanguru pada sistem rawat inap maupun rawat jalan. Menurut Imral, metode kanguru juga diteliti di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (FK Unpad)-RS Hasan Sadikin Bandung oleh Prof dr Anna Alisyahbana dan Prof dr Ali Usman.

"Krisis ekonomi berkepanjangan di Indonesia berdampak pada masalah kekurangan gizi, terutama pada ibu hamil. Diprediksi, kasus BBLR makin tinggi. Di pihak lain sumber daya kesehatan khususnya perawatan rumah sakit makin mahal dan tidak terjangkau oleh mereka yang memerlukan, baik di kota maupun desa. Metode kanguru dirasa tepat untuk mengatasi masalah perawatan BBLR di Indonesia. Jauh lebih baik daripada perawatan tradisional dengan didekatkan lampu petromaks atau botol panas yang berisiko menyebabkan luka ba-kar pada bayi," urai Hadi.

***


APAKAH metode kanguru bisa diterima masyarakat? Imral menuturkan, tahun 1996-1997 Perinasia bekerja sama dengan Unit Penelitian FK Unpad serta Depkes dan Kesos meneliti penerimaan wanita pedesaan terhadap metode kanguru di tiga daerah, yaitu Kabupaten Deli Serdang (Sumatera Utara), Kabupaten Ogan Komering Ulu (Sumatera Selatan), dan Kabupaten Maros (Sulawesi Selatan). Untuk memperkenalkan, mula-mula dilakukan pelatihan terhadap bidan dan dukun bayi. 

Hasilnya, secara umum wanita pedesaan menerima metode kanguru. Hampir semua ibu yang melaksanakan, mendapat dukungan dari keluarga. Mereka berpendapat, metode kanguru membuat bayi lebih tenang, banyak tidur, dan banyak menyusu. Secara tradisional, sebagian tindakan dalam metode kanguru telah dikenal masyarakat dengan istilah lokal bedako (Kabupaten OKU), makaleppe (Makassar), dan kadukui (Bugis). Metode kanguru, tambah Hadi, juga diterima dan sebagian cara sudah dikenal oleh masyarakat pedesaan di Gugus Pulau Seram Barat, Maluku. 

Seorang peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) yang sedang melakukan penelitian metode kanguru, dr Piprim B Yanuarso, menambahkan, metode kanguru bukan sekadar alternatif dari inkubator, tetapi diusulkan sebagai pilihan utama, karena keunggulannya.

Selain mempererat ikatan ibu-bayi, meningkatkan perkembangan psikologis dan psikomotor bayi, membuat bayi lebih tenang dan tidak mudah kaget, dan membantu pertumbuhan fisik bayi, metode kanguru juga sangat praktis dan hemat energi. Berbeda dengan inkubator yang suhunya harus selalu disesuaikan dengan perkembangan berat badan dan usia bayi, kontak kulit ibu dan kulit bayi membuat penyesuaian otomatis suhu tubuh ibu untuk melindungi bayi. 

"Sewaktu bayi perlu panas, suhu tubuh ibu meningkat. Suhu tubuh ibu menurun sejalan penurunan kebutuhan panas bayi," kata Piprim.

Selain itu, pengenalan flora normal tubuh ibu yang diimbangi pemberian ASI yang mengandung antibodi, akan meningkatkan ketahanan tubuh bayi terhadap infeksi dibanding jika berada di inkubator, mengingat ancaman infeksi nosokomial sangat tinggi di rumah sakit. 

Pasangan muda Ita-Gunadi merupakan salah satu keluarga yang menerapkan metode kanguru untuk merawat bayi prematur mereka. Ita melahirkan Rafif setelah empat kali keguguran, karena menderita toksoplasmosis. Saat kehamilannya yang kelima menginjak minggu ke-33, Ita mengalami eklampsia-kejang-kejang dan tekanan darah tinggi-sehingga bayinya harus segera dikeluarkan lewat operasi caesar. Rafif lahir dengan berat badan 2.000 gram dan dirawat di inkubator selama seminggu. 

"Sepulang dari rumah sakit, setiap pagi Rafif saya jemur. Setelah itu, sepanjang hari saya gendong dengan kain di dalam baju atau kaus yang saya kenakan. Di malam hari, saya bergantian dengan suami meletakkan Rafif di atas tubuh kami, sama-sama tanpa baju, hanya memakai selimut tebal," tutur Ita yang mengenal metode kanguru dari buku petunjuk yang diberi temannya.

Hasilnya, berat badan Rafif naik 200 gram per minggu, karena sangat kuat menyusu. Pada usia dua bulan berat Rafif mencapai tiga kilogram, sehingga tidak perlu lagi digendong dalam baju. Kini Rafif sudah berusia 2,5 tahun, lincah, dan jarang sakit. 

Menurut Imral, dulu memang ada pendapat bahwa bayi prematur atau bayi dengan berat badan rendah tidak boleh banyak disentuh agar tidak terganggu dan menghindari infeksi. Namun, ilmu kedokteran terus berkembang. Bagi bayi yang stabil (tidak sakit), perawatan dengan metode kanguru dianggap lebih menguntungkan. Kini di pelbagai pusat penelitian masih terus dilakukan studi dan para peneliti bertemu secara periodik untuk membahas hasilnya.

Perawatan Bayi Premature

Perawatan Bayi Premature

Mengingat belum sempurnanya kerja alat tubuh untuk pertumbuhan dan penyesuaiaan diri dengan lingkaran hidup diluar uterus, maka perawatan pengawasan bayi prematur adalah :

1. Pengaturan Suhu
Bayi prematur yang capat akan kehilangan panas karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah. Oleh karena itu bayi prematur harus dirawat dalam inkubator, sehingga panas badannya mendekati suhu dalam rahim (Prawirohardjo, 2002)

2. Makanan Bayi
Refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, lambung kecil daya enzim pencernan terutama lipase masih kurang. Bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gr kurang mampu mengisap ASI atau susu botol, dalam hal ini diberi minuman melalui sonde lambung. Tetapi bila daya isap kecil ASI dapat dipompa dan diberi dengan sendok. (Prawirohardjo, 2002).

3. Mencegah Infeksi
Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi, karena pembentukan antibodinya belum sempurma dan juga kamampuan leukosit masih kurang (Manuaba, 2003).

Kelainan Yang Timbul Pada Bayi Premature

Kelainan Yang Timbul Pada Bayi Premature
Kelainan Yang Sering Timbul

Karena kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuh bayi prematur baik anotomik maupun psiologik maka mudah timbul beberapa kalainan seperti :
1. Suhu Tubuh
2. Pernapasan
3. Gangguan Alat Pencernaan
4. Hepar Yang Immatur
5. Ginjal Yang Immatur
6. Pendarahan diotak
7. Gangguan Imonologi (Prawirohardjo, 2002)

Karakteristik Bayi Prematur

Karakteristik Bayi Prematur

Adapun karakteristik bayi prematur adalah : berat badan kurang dari 2500 gr, panjang < 45 cm, umur kehamilan < 37 minggu, kulit transparan, otot-otot lemah, pernapasan tidak teratur, lingkaran dada < 30 cm, lingkaran kepala < 33 cm (Manuaba, 2003).

Penyebab Lahir Bayi Premature

Faktor Menyebabkan Terjadinya Persalinan Prematur
Penyebab Lahir Bayi Premature

Faktor-faktor menyebabkan terjadinya persalinan prematur adalah :
Faktor Ibu
1. Gizi saat hamil yang kurang.
2. Riwayat kehamilan Prematur sebelumnya.
3. Penyakit menahun Ibu
4. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun.

Faktor Kehamilan.
1. Hamil dengan hidramnion.
2. Hamil ganda.
3. Perdarahan anterpartum.
4. Komplikasi hamil : Pre-eklampsia / eklampsia, KPD.

Faktor Janin
1. catatan bawaan.
2. Infeksi dalam rahim.
3. Faktor yang belum diketahui ( Manuaba, 2003 ).

Pengertian Bayi Premature

Pengertian Bayi Premature

Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi kurang dari dan sama dengan 37 minggu dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram (Surasmi, 2003). Di negara maju seperti Amerika Serikat, kelahiran bayi prematur terus meningkat per tahunnya, di Indonesia kelahiran bayi prematur justru diikuti kematian si bayi, kelahiran bayi prematur tidak bisa diabaikan begitu saja.

Sejak tahun 1961 WHO (World Health Organization) telah mengganti istilah prematur dengan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau Low Birth Weight Baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada lahir waktu lahir disebut bayi prematur. Seorang bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab itu bayi akan banyak mengalami kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya (Prawirohardjo, 2004)

Setiap tahun diperkirakan bayi lahir sekitar 350.000 bayi prematur atau berat badan lahir rendah di Indonesia. Tingginya kelahiran bayi prematur tersebut karena saat ini 30 juta perempuan usia subur yang kondisinya kurang energi kronik dan sekitar 80% ibu hamil menjalani anemia difisiensi gizi. Tingginya yang kurang gizi mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu sehingga beresiko lahir dengan berat badan di bawah 2500 gram (Manuaba, 2003).

Bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah rentan mengalami berbagai komplikasi, baik sesaat setelah dilahirkan dan dikemudian hari, jika tidak langsung mendapat perawatan yang tepat, inilah yang banyak dikhawatirkan para ibu, terutama yang tengah menanti kelahiran si bayi, tidak ada cara pasti untuk benar-benar mencegah kelahiran bayi prematur.

Bayi prematur membutuhkan dukungan nutrisi yang khusus oleh karena derajat imaturitas biokomianya yang tinggi, laju pertumbuhannya yang cepat dan dapat terjadi insiden komplikasi medik yang lebih besar. Bayi yang lahir prematur juga harus diberi vaksinasi agar terhindar dari penyakit menular mematikan. Pemberian imunisasi ini harus dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter, demikian juga dengan pemberian makan semi padat (Muchtar, 2004).

Untuk bayi yang lahir secara prematur dengan berat badan diatas 2000 gram, anak sudah bisa mendapatkan ASI dari si Ibu, tetapi juga ada bayi yang belum bisa menyerap ASI, saluran cerna yang belum matang juga akan menimbulkan dampak pada bayi prematur. Bayi prematur diharuskan dibuat di inkubator, karena bayi tersebut seharusnya masih berada di dalam kandungan dengan segala kenyamanannya berjuang beradaptasi dengan dunia luar. Inkubator untuk menjaga suhu bayi supaya tetap stabil, akibat sistem pengaturan suhu dalam tubuh bayi prematur belum sempurna, maka seharusnya bisa naik dan turun secara drastis. Ini tentu bisa membahayakan kondisi kesehatannya. Selain itu otot-ototnya pun relatif lebih lemah, sementara cadangan lahir cukup bulan (Muchtar, 2004).

Masalah yang harus dihadapi oleh semua bayi neonatal terhadap lebih banyak pada bayi prematur misalnya, mereka membutuhkan oksigen tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang cukup umur, karena pusat pernafasan belum sempurna. Bayi prematur memerlukan pemberian makanan yang khusus dengan alat penetes obat atau pipa karena refleks menelan dan menghisap yang lemah. Kehangatan bayi prematur harus diperhatikan diperlukan peralatan khusus untuk memperoleh suhu yang hampir sama dengan suhu dalam rahim (Hurlock, 2002).

Selama bayi berada di rumah sakit dan di bawah perawatan dokter, Bidan dan Perawat, orang tua tidak terlampau khawatir tentang ketidak berdayaannya, akan tetapi bila bayi sudah dibawa pulang dan orang tua bertanggung jawab atas perawatannya, maka ketidakberdayaan bayi menjadi bahaya psikologi yang hebat.

Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan peneliti di RSU. F.L. Tobing Kota Sibolga Tahun 2008/2009 jumlah bayi prematur 55 orang dan bayi prematur yang tinggal bersama keluarga sebannyak 48 orang di RSU. F.L. Tobing Kota Sibolga Tahun 2008/2009.

Dari survey awal di dapat dari rekam medik RSU. F.L. Tobing Kota Sibolga Tahun 2008 terdapat 36 kasus bayi prematur dan sudah 10 orang diantaranya meninggal dunia.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Tentang Perawatan Bayi Prematur di RSU. F.L. Tobing Kota Sibolga Tahun 2009”.

Apa Itu Bayi Premature ?

Apa Itu Bayi Premature?

Preterm labour atau kelahiran prematur merupakan kelahiran seorang bayi kurang dari 37 minggu dari usia kehamilan. Sejauh ini kelahiran prematur merupakan penyebab utama kematian bayi di negara maju. Bayi prematur berada pada risiko lebih besar untuk jangka pendek dan komplikasi panjang, termasuk morbiditas serta hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan mental. Kemajuan signifikan telah dibuat dalam merawat bayi prematur, tapi tidak dalam mengurangi prevalensi kelahiran prematur. Penyebab kelahiran prematur dalam banyak situasi sulit dipahami dan diketahui, banyak faktor tampaknya terkait dengan perkembangan kelahiran prematur , membuat penurunan jumlah kelahiran prematur yang menantang.
Bayi prematur belum mencapai tingkat perkembangan janin yang umumnya memungkinkan kehidupan di luar rahim. Pada janin manusia normal, beberapa sistem organ dewasa antara 34 dan 37 minggu, dan janin yang memadai mencapai kematangan pada akhir periode ini. Salah satu organ utama yang sangat dipengaruhi oleh kelahiran prematur adalah paru-paru. Paru-paru adalah salah satu organ terakhir yang berkembang di dalam rahim sehingga bayi prematur biasanya menghabiskan hari-hari pertama/minggu hidup mereka pada ventilator. Prematur dapat dikurangi ke tingkat yang kecil dengan menggunakan obat untuk mempercepat pematangan janin, dan untuk tingkat yang lebih besar dengan mencegah kelahiran prematur.
Kelahiran prematur spontan adalah 40-45% kelahiran prematur dan 25-30% kelahiran prematur setelah pecah ketuban dini. Sisanya (30-35%) adalah kelahiran prematur yang disebabkan karena alasan obstetri. Dokter kandungan mungkin harus melahirkan bayi prematur karena memburuknya intrauterine (infeksi, kelambatan pertumbuhan intrauterine) atau secara signifikan membahayakan kesehatan ibu (preeklamsia, kanker). Pada usia kehamilan, 5% dari kelahiran prematur terjadi pada kurang dari 28 minggu (prematur ekstrim), 15% pada 28-31 minggu (berat lahir prematur), 20% pada 32-33 minggu (moderat prematur), dan 60-70% di 34-36 minggu (jangka pendek).
Berat badan lebih mudah untuk menentukan daripada usia kehamilan, menurut WHO  berat lahir rendah (<2.500 gram) terjadi pada 16,5% kelahiran di negara berkembang pada tahun 2000. Diperkirakan bahwa sepertiganya  berat lahir rendah kelahiran disebabkan oleh kelahiran prematur. Berat umumnya berkorelasi dengan usia kehamilan. Neonatus dengan berat lahir rendah (low birth weight/LBW) memiliki berat lahir kurang dari 2500 g (£ 5 8 oz) dan sebagian besar tetapi tidak secara khusus bayi prematur juga termasuk kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age/SGA) bayi. Klasifikasi berdasarkan berat badan lebih lanjut adalah Berat Lahir Sangat Rendah (very low birth weight/VLBW) yang kurang dari 1500 g, dan Sangat Berat Lahir Rendah (extremely low birth weight/ELBW) yang kurang dari 1000 g. Hampir semua neonatus dalam dua kelompok terakhir ini lahir prematur.
Kelahiran prematur merupakan suatu faktor biaya yang signifikan dalam perawatan kesehatan, bahkan mempertimbangkan biaya perawatan jangka panjang bagi individu penyandang cacat karena lahir prematur.
Penyebabnya masih belum diketahui, tetapi 4 jalur yang berbeda telah diidentifikasi yang dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan memiliki banyak bukti: aktivasi endokrin janin sebelum waktunya, overdistension rahim, pendarahan desidual, dan peradangan / infeksi intrauterine. Aktivasi satu atau lebih dari jalur-jalur ini mungkin telah terjadi secara bertahap selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
Uji klinis yang dapat membantu memprediksi risiko tinggi untuk kelahiran prematur pada awal dan tengah bagian dari trimester ketiga adalah fetal fibronectin dan USG serviks.

Progesteron
Progesteron, sering diberikan dalam bentuk 17-Hydroxyprogesterone caproate, melemaskan otot-otot rahim, mempertahankan panjang serviks, dan memiliki antiinflamasi, dan dengan demikian diharapkan dapat bermanfaat dalam mengurangi kelahiran prematur.

Glukokortikoid
Bayi prematur sangat mungkin memiliki paru-paru belum berkembang, karena mereka belum memproduksi sendiri surfaktan. Hal ini dapat menyebabkan sindrom gangguan pernapasan, juga disebut penyakit membran hialin pada neonatus. Glukokortikoid dapat merangsang produksi surfaktan dalam paru-paru janin. Glukokortikoid khas yang akan diberikan dalam konteks ini adalah betametason atau deksametason. Di samping mengurangi gangguan pernapasan, glucocorticosteroids dapat menurunkan komplikasi neonatal lainnya, yaitu perdarahan intraventricular, necrotising enterokolitis, dan paten ductus arteriosus.

Antibiotik
Administrasi rutin antibiotik untuk semua wanita dengan persalinan prematur dapat mengurangi risiko bayi terinfeksi streptokokus grup B dan telah terbukti mengurangi angka kematian terkait.

Magnesium sulfat
Penelitian melaporkan pada konferensi 2008 dari Society for Maternal-Fetal Medicine menunjukkan bahwa pemberian magnesium sulfat (Epsom salt) untuk perempuan hanya sebelum kelahiran prematur dapat memotong laju cerebral palsy dua. Magnesium merupakan antagonis kalsium yang digunakan untukmencegah interaksi aktin-miosin sehingga menurunkan aktivitas uterus.

Tocolysis
Obat-obatan anti-kontraksi (tocolytics), seperti obat-obatan β2-agonis (ritodrine, terbutaline, fenoterol), calcium channel blocker (nifedipine) dan oksitosin antagonis (atosiban) muncul hanya memiliki efek sementara menunda kelahiran. Tocolytic diberikan untuk memberi selang waktu agar memungkinkan pemberian glucocorticoid untuk maturasi fungsi paru.

Prostaglandin synthetase inhibitor
Prostaglandin merangsang kontraksi uterus. Prostaglandin ada di cairan amniosis, tetapi negatif selama kehamilan.
Semakin pendek masa kehamilan, semakin besar risiko mortalits dan morbiditas bayi terutama yang disebabkan oleh prematuritas. Resiko spesifik bagi neonatus adalah :
·         Masalah neurologi : apnea of prematurity , hypoxic-ischemic encephalopathy (HIE), retinopathy of prematurity (ROP), developmental disability , cerebral palsy and intraventricular hemorrhage
·         Komplikasi kardiovaskuler : patent ductus arteriosus (PDA)
·         Masalah respiratori : respiratory distress syndrome (RDS or IRDS) dan chronic lung disease
·         Gastrointestinal dan metabolisme : hypoglycemia , feeding difficulties, rickets of prematurity, hypocalcemia , inguinal hernia , and necrotizing enterocolitis (NEC).
·         Komplikasi hematologi : anemia of prematurity , thrombocytopenia , and hyperbilirubinemia (jaundice)
Infeksi : sepsis , pneumonia , and urinary tract infection


Kata Kunci Artikel Ini:
Apa Itu Bayi Premature?, Penyebab Lahir Premature, Sekilas Tentang Bayi Premature, Makalah Bayi Premature, Artikel Bayi Premature